Saturday, April 28, 2007

Hawzah Ulama SYIAH bersetuju masjid tertua Sunni dibongkar Jadi Hotel!??

Rabu, 25 April 07

Satu sumber di Lajnah Dakwah dan Fatwa, Baghdad (milik kaum Sunni) menyingkap, Hawza Syiah (Himpunan ulama Syiah Iraq) menyetujui pembongkaran masjid bersejarah dan tertua milik penganut Sunnah di kota Najaf. Sebagai gantinya, di lokasi masjid itu, akan dibangun sebuah hotel mewah yang akan digunakan untuk menyambut para tamu dari kalangan Syiah bukan dari Iraq.!? (tetamu Syiah Iran).

Dalam wawancaranya, sumber itu menjelaskan, masjid ‘Amr bin Al ‘Ash kuno yang merupakan salah satu masjid terbesar milik penganut Sunnah di kota Najaf tersebut akan ditukar menjadi sebuah hotel. Alasannya, kerana sudah sejak tiga tahun lalu masjid itu ditinggalkan (tidak berfungsi) setelah secara berterusan diserang militia bersenjata Syiah dan pengusiran keluarga-keluarga Sunni yang tinggal di kota kuno di Najaf itu.

Sumber itu menambahkan, Hawza Syiah telah menyetujui pembongkaran masjid tersebut dan perletakan batu pertama pembangunan sebuah hotel megah di sana yang akan digunakan untuk menyambut para tamu dari kalangan Syiah Iran, Pakistan, negara-negara teluk dan lainnya. Ketika ditanya, kenapa dijadikan hotel, mereka mendakwa, kerana hotel-hotel di kota itu telah penuh sesak para tetamu tersebut.!?

Dipetik dari laman al-sofwah.or.id

Wednesday, April 25, 2007

Kejahatan Syiah

Bahwa seorang pemerhati hakekat (syiah) Rofidhoh serta aktifitas mereka akan mudah mengetahui bagaimana kriminal serta rasa benci mereka terhadap seluruh manusia dan khususnya golongan Ahlussunnah dimana perasaan benci ini berasal dari aqidahnya yang telah membuat pandangan mereka terbalik, yang baik dianggap buruk dan sebaliknya.. keburukan dianggap sebagai kebajikan.

(Syiah) Rofidhoh adalah sekelompok orang liar yang berlaku kejam, ganas pada mereka berbeda kenyakinan terutama Ahlussunnah yang dianggap sesat serta menjadi musuh utama mereka, yang selalu menerangkan kebobrokan akidah syi’ah pada masyarakat, karena ini pula mereka menghalalkan darah dan harta Ahlussunnah.
Anda perlu membaca kutipan-kutipan dari buku mereka,.

Diriwayatkan dari Dawud bin Farqod. Dia berkata : “Saya berkata pada Abi Abdillah AS. Apa pendapatmu tentang membunuh seorang Nasibi? Ia berkata: halal darahnya akan tetapi hati-hatilah dan bila kau dapat runtuhkan dinding atas mereka dan tenggelamkan mereka kedalam air supaya tidak ada bukti/ jejak”.(Wasa’ilusyi’ah 18/463, Biharul Anwar 27/231).

Komentar Imam Khumaini terhadap kutipan di atas : “jika kamu dapat mengambil hartanya maka ambillah, jangan lupa memberi kami seperlimanya”. Di samping ketarangan di atas, Khomeini mengatakan dalam kitabnya Tahrirul Wasilah jilid 1 hal 352 : pendapat yang terkuat adalah menyamakan Nasibi dengan orang kafir dalam hal diperbolehkan mengambil hartanya sebagai ghanimah dan wajibnya memberikan seperlima dari rampasan harta itu, dan yang jelas diperbolehkan mengambil harta mereka di mana saja dengan cara apa saja serta wajib memberikan seperlima dari harta tersebut pada kami.

Sayid Ni’matullah Al Jazairi salah satu tokoh (Syiah) Rofidhoh berkata (sesungguhnya pada suatu kita Ali bin Yaqthin menteri salah seoran menteri yang bermazhab syi’ah. Suatu kali dalam penjaranya terdapat sekelompok orangg yan gtidak bermazhab syi’ah, lalu dia menyuruh anak buahnya agar merobohkan atap penjara maka sejumlah 500 orang mati tertimpa atap bangunan) Kitab Al Anwar Annu’maniyah jilid 3 hal 308.

Buku sejarah mengisahkan tentang masuknya Hulako ke Baghdad. Dia telah melakukan pembantaian terbesar dalam sejarah manusia di mana sungai Tigris menjadi merah airnya karena banyaknya mayat ahlussunnah yang dibunuh dan diceburkan dalam sungai. Setelah itu warna sungai berubah menjadi biru karena banyaknya buku-buku yang diceburkan. Penyebab semua ini adalah dua orang menteri yang bernama Nasiruddin Attusi dan Muhammad bin Alqomi, keduanya menjadi menteri pada khilafah Abbasiyah, dan keduanya adalah penganut Syi’ah, mereka berdua diam-diam menjalin komunikasi dengan Holako dan berhasil mempengaruhi Hulako agar menginvasi Bagdad sekaligus meruntuhkan pemerintahan Abbasyiah. Keduanya punya kekuasaan yang luas dalam pemerintahan namun perasaan benci pada khilafah Abbasiyah tetap membara dalam hati mereka karena khilafah Abbasiyah menganut mazhab Ahlussunnah, maka begitu Hulako masuk dan merobohkan khilafah Abbasiyah, lalu mereka berdua menjadi menteri Holako padahal Hulako bukanlah seorng Muslim tapi dia adalah penyembah berhala.[1]

Ternyata Khomeini sangat puas terhadap kinerja Ali bin Yaqthin, Thousy dan Alqomi dan menganggap bahwa apa yang telah mereka perbuat adalah suatu kontribusi yang besar terhadap Islam.

Sayid Ni’matullah Aljazairi berkata tentang nasibi (sebentar lagi pembaca akan mengatahui, siapa itu Nasibi) : “ Ulama Syi’ah sepakat bahwa bahwa nasibi adalah orang-orang kafir dan najis, lebih jahat dari orang-orang Yahudi dan Nasrani . ciri-ciri Nasibi adalah mendahulukan orang selain Ali dalam kepemimpinan kaum muslimin setelah wafatnya Rasulullah”. Al Anwar Annu’maniyah jilid 2 hal 207-208.

Berarti siapa saja yang berpendapat bahwa khalifah yang pertama setelah Nabi wafat adalah Abubakar, Umar dan Usman adalah nasibi (pembenci, pembangkang ahlul bait).

Sahabat Nabi adalah kaum yang paling banyak terkena caci-maki syi’ah, terutama Abu Bakar – Umar – Ustman – Aisyah - Hafsah yang keduanya adalah istri Rasululloh, oleh karena itu dalam do’a berhala quraisy tercantum demikian :”Ya Alla laknatilah dua berhala Quraisy,- Abu Bakar – Umar- Jibt dan Toghutnya, serta kedua anaknya -Aisyah dan Hafsoh-. Doa ini tercantum dalam literatur syiah. Dan Khumaini selalu membacanya tiap hari setelah selesai sholat shubuh, seperti yang dikisahkan Husein Musawi, seorang Mujtahid Syi’ah yang kembali pada Ahlussunah dalam bukunya Lillah tsumma littarikh.

Dari Hamzah bin Muhmmad Athhoyar berkata : suatu hari kami menyebut-nyebut Muhamad bin Abi Bakr lalu Ia berkata (semoga Alah merahmatinya. Ia berkata, suatu hari Muhammad bin Abi Bakri berkata pada kepada Amirul Mu’minin Ali bin Abi Tolib :” Bentangkan tanganmu, saya akan membaiat . Ia berkata apa yang akan engkau lakukan. Ia berkata baiklah, kemudian ia membentangkan tangannya maka ia berkata : Saya bersaksi bahwa engkau adalah pemimpin yang harus di taati dan ayahku (Abu Bakar) tempatnya di neraka. Rijalul Kisysyi hal 61.

Dari Syuaib dari Abi Abdillah As Berkata “setiap keluarga pasti ada yang baik di antara mereka, dan sebaik-baik orang di antara keluarga yang jahat adalah Muhammad bin Abi Bakr”.Rijalul Kisyi hal 61.

Adapun Umar, Sayyid Ni’matullah Aljazairi berkata :”Umar bin Khottob menderita penyakit dilobang anusnya yang tidak dapat diobati selain dengan air mani”. Al Anwar Annu’maniyah jilid 1 hal 63.

Dan ketahuilah bahwa di kota Kasyan di Iran ada sebuah daerah bernama (Baghi fin) ada sebuah monumen seperti monumen pahlawan tak dikenal di di dalamnya ada kuburan yang diyakini sebagai kubur Abi Lu’lu’ah Fairuz Al Faarisy Al Majusi si pembunuh Umar bin Khotthob dimana orang biasanya menyebutnya dengan nama yang maknanya dalam bahasa Indonesia (kuburan pahlawan Agama yang pemberani). Abu Lu’lu’ah dijuluki demikian karena dia berhasil membunuh Umar bin Khotob.

Di dinding bangunan ini terdapat tulisan dalam bahasa parsi “ marak bar Abubakar, marak bar Umar, Marak bar Utsman”, yang artinya “mampuslah Abu Bakar – Umar – Usman”.

Tempat ini dikunjungi oleh orang-orang Iran dan mereka banyak memberikan sumbangan harta, saya telah menyaksikan sendiri tempat ini (ucapan ini dari Husein Musawi). Kementerian pendidikan Iran telah merenovasi tempat ini, lebih dari itu foto tempat ini dijadikan kartu pos.

Di ceritakan oleh kulaini dari Ja’far As berkata sesungguhnya Abu Bakar – danUmar Meninggal dunia dalam keadaan belum bertaubat dan tidak ingat apa yang telah mereka lakukan pada Ali bin Abi Tolib , maka keduanya mendapat la’nat dari Allah, Malaikat dan semua manusia. Al Kafi jilid 8 hal 246.

Dan diriwayatkan oleh Ali bin Yunus Al Bayadhi : bahwa Ustman adalah seorang gay dan banci. Sirotul Mustaqim jilid 2 hal 30.

Kemudian yang menjadi pertanyaan bila ketiga kholifah Abu Bakar, Umar, Ustman bertingkah laku sebagaimana disebutkan di atas lantas bagaimana Ali membai’at mereka dan bagaimana Ali menjadi menteri bagi ketiganya semasa mereka menjabat sebagai khalifah?

Dan bila yang seperti dikatakan Sayid Aljazairi bahwa Umar bin Khottob menderita penyakit dilobang anusnya yang tidak dapat diobati selain dengan air mani, lantas bagaimana Ali mau menikahkan anaknya Ummi Kultsum dengan Umar? Apakah Ali tidak tahu bahwa Umar terkena penyakit itu, sementara Ni’matullah Al Jazaa’iri tahu? Kita hanya perlu menggunakan sedikit akal sehat.

Tentang Aisyah, Ibnu Rajab Al Barsi berkata bahwa sesungguhnya Aisyah telah mengumpulkan uang haram sebanyak 40 dinar. Masyarif Anwaril Yaqin hal 86.

Telah diriwayatkan oleh Kulaini :”semua orang adalah anak zina dan pelacur kecuali Syi’ah.”Al Kafi jilid 8 hal 135.

Sebagian nukilan dari kitab mereka yang mengisahkan tentang apa yang dilakukan oleh Imam Mahdi Syi’ah :

1. Melaksanakan hukuman had terhadap Aisyah. Abu Ja’far berkata : jika Imam Mahdi telah keluar, maka Aisyah akan datang padanya, untuk menghukumnya dengan mencambuk dan membalaskan dendam Fatimah. Biharul Anwar jilid 52 hal 314

2. Mengeluarkan Abu bakar dan umar dari kuburnya kemudian menyalibnya dan membakarnya. Al Anwar Annu’maniyah jilid 2 hal 85.

3. Akan menyebarkan malapetaka. Dari Abu Ja’far berkata : “ Allah telah mengutus Nabi Muhammad sebagai rahmat, dan membangunkan Mahdi sebagai malapetaka. Biharul Anwar jilid 52 hal 315.

4. Akan membunuh semua anak cucu para pembunuh Imam Husein. Imam Ridho ditanya : Apa pendapatmu tentang hadits yang diriwayatkan dari Imam Ja’far Assodiq : jika Imam mahdi telah muncul, dia akan membunuh seluruh anak cucu para pembunuh Imam Husein karena perbuatan kakek mereka. Imam Ridho menjawab : hal itu benar adanya. Aku berkata : bagaimana dengan firman Allah : seseorang tidak akan menanggung dosa orang lain (surat Annajm) dia menjawab :para anak cucu pembunuh Husein telah ridho terhadap perbuatan kakek mereka dan bangga akan hal itu.

Setelah runtuhnya pemerintah Pahlawi di Iran karena Revolusi dan Khumaini memegang kendali pemerintahan maka para ulama Syiah harus mengunjungi Imam untuk mengucapkan selamat atas kemenangan ini dengan berdirinya negara Syiah modern yang dipimpin oleh para ahli agama.

Aku merasa lebih wajib dari mereka untuk mengucapkan selamat pada imam, karena hubungan saya yang dekat dengannya (cerita Husein Khumaini Al Musawi). Lalu aku pun berkunjung ke Iran sebulan setengah setelah Imam Khumaini pulang ke Teheran dari pengasingannya di Paris. Dia menyambutku dengan gembira. Kebetulan saya mengunjungi Imam sendirian dan tidak bersama rombongan Ulama irak.

Dan pada kesempatan khusus dengan imam, dia berkata:” Wahai Sayid Husain, sekarang tiba saatnya untuk melaksanakan wasiat para imam, kita harus menghabisi semua nasibi, membunuh anak-anak mereka dan membiarkan istri-istri mereka tetap hidup. Kita tidak akan membiarkan satu pun dari mereka lolos dari siksaan. Harta mereka murni untuk Syiah. Kita akan meluluh lantakkan kota Mekkah dan Madinah dari muka bumi karena dua kota ini menjadi sarang kaum wahabi, dan karbala harus menjadi tanah suci , dan menjadi kiblat orang-orang sholat. dengan ini akan terwujud apa yang di impi-impikan oleh para imam, dan kita telah mendirikan negara kita ini dengan perjuangan yang lama dan sekarang rencana itu tinggal kita laksanakan.

Catatan

Ketahuilah bahwa kebencian Syiah terhadap Ahlussunah itu tidak dapat dilukiskan, sehingga para ulama Syiah membolehkan pengikutnya untuk berbohong atas nama ahlussunnah, menuduh tanpa bukti serta menjelek-jelekkan mereka.

Kaum syiah memandang ahlussunnah dengan penuh kebencian, hal itu sudah menjadi instruksi dari pimpinan tingkat atas mereka. Bahkan mereka diinstruksikan untuk masuk ke instansi-instansi pemerintahan, terutama instansi yang vital seperti angkatan bersenjata dan badan inteljen. Mereka semua menunggu saatnya untukmengumumkan perang terhadap ahlussunnah. Ironisnya, mereka melakukan semua itu dengan anggapan sebagai bentuk kebaktian mereka pada ahlulbait.

Apa yang dialami oleh ulama Ahlussunnah di Iran menjadi saksi terhadap kekejaman dan sikap ganas mereka. Penangkapan dan pembunuhan terhadap ulama Ahlussunnah masih terus berlangsung setelah Khatami menjadi presiden. Penindasan ini tidak hanya terjadi di kota-kota yang di dalamnya terdapat banyak penduduk Ahlussunnah, tapi sampai ke desa-desanya.

Syeih Yar Muhamad Kahrowazi, tokoh sunni yang juga memimpin Perkumpulan Ahlussunah dan juga termasuk pengelola sebuah sekolah di kota Khasy telah dibunuh. Seluruh bukti mengarah kepada badan inteljen Iran yang telah membunuhnya, karena yang menangkapnya adlah kepala sekolah tempat dia mengajar. Hal tersebut bagian propaganda pemimpin revolusi mereka Ayatu Syaitan Khumaini untuk membersihkan Iran dari Ulama Ahlussunnah dalam rangka mempermudah rencanamereka untuk menjadikan Iran bersih dari Ahlussunnah. Pengganti syeikh yaitu Untuk memutuskan komunikasi antar mahasiswa Ahlussunnah mereka menempatkan mereka di beberapa penjuru daerah namun setelah salah satu Syeih mencoba melawan maka kemudian mereka menagkapinya, menyiksa dan baru kemudian mengembalikan ke asal mereka.

Dengan demikian kita dapat simpulkan bahwa mereka itu adalah orang-orang kafir Najasi dia lebih jahat dari orang Yahudi Nasrani. Mereka adalah anak cucu para pelacur yang harus dibunuh di ambil hartanya tidak mungkin dapat berkumpul dalam berbagai hal dan tidak perlu ada kesepakatan baik ucapan, tingkah laku.


--------------------------------------------------------------------------------

[1] Persis dengan yang terjadi saat ini, di mana seorang syi’ah yang bernama Ahmad Chalabi berhasil mempengaruhi pemerintah Amerika untuk menginvasi Irak dengan bukti-bukti palsu yang akhirnya membuat Amerika sendiri marah pada Chalabi, Chalabi yang dulu dianggap pahlawan pembebasan Irak kini dianggap pengkhianat oleh Amerika sendiri. Tapi Allah memiliki rencana lain, dengan izin Allah, Irak akan menjadi permulaan countdown kehancuran Amerika.

Sunday, April 22, 2007

Apakah Yang Di Seludup Oleh Syiah Ke Dalam Sejarah Islam

Shaikh Soleh bin Abdullah al-Muhaisin,

Dekan Fakulti Dakwah dan Usuluddin, Universiti Islam Madinah.

Sesungguhnya segala pujian untuk Allah. Kami memuji-Nya, meminta pertolongan daripada-Nya, meminta keampunan-Nya, meminta petunjuk-Nya dan kami meminta perlindungan dengan Allah daripada kejahatan diri kami dan amalan-amalan kami yang buruk. Sesiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka dia terpimpin dan sesiapa yang disesatkan Allah maka tiada yang dapat memimpinnya. Saya bersaksi bahawa tiada tuhan selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya dan saya bersaksi bahawa Nabi Muhammad adalah hamba dan pesuruh Allah. Semoga Allah menselawati Baginda, kaum keluarga dan para sahabat Baginda.


Sesungguhnya sejarah mana-mana umat merupakan gambaran yang jelas bagi kehidupan, tradisi, kepercayaan, ilmu dan kebudayaan mereka. Lembaran-lembaran sejarah mereka itulah yang mengungkapkan cita-cita dan matlamat mereka. Sesungguhnya sejarah Islam adalah manifestasi yang paling jelas tentang apa yang kita nyatakan tadi.

Sejarah Islam tidak dapat ditandingi oleh mana-mana bangsa sama ada dari sudut kuantiti ataupun kualiti. Dari sudut kuantiti, sejarah Islam lebih luas setakat yang diketahui oleh umat manusia sehingga ke hari ini. Ini kerana ia memiliki sejarah khalifah-khalifah, gabenor-gabenor, para ilmuwan, kadi-kadi dan panglima-panglima.

Semua itu dicatit dengan jelas dan amat teliti di samping merakamkan penaklukan-penaklukan yang besar yang telah dilakukan oleh orang-orang Islam di timur dan barat yang sentiasa maju dan terkehadapan dari semasa ke semasa. Selain itu, sejarah Islam meliputi ilmu-ilmu, sirah kehidupan yang terpuji, sumbangan-sumbangan mereka yang berjasa dari kalangan umat ini.

Dari sudut kualiti, sejarah Islam berasaskan kepada periwayatan dan nukilan orang-orang yang adil, thiqah lagi dipercayai cerita-cerita mereka sehingga tidak ada ruang untuk rekaan dan pendustaan dan faktor ini tidak ada dalam sejarah mana-mana umat lain. Sejarah Islam telah memberikan perhatian yang khusus terhadap periwayatan, dokumentasi dan hafalan. Para ulama telah menekuni riwayat sejarah dan menganalisa dan mengkritiknya. Mereka saling berlumba-lumba dalam hal ini dan menjadikan perpustakaan Islam sarat dengan kitab-kitab sejarah bagi setiap zaman dan generasi umat ini.

Dalam pada itu, musuh-musuh Islam melupakan kekuatan dan kekuasaan Islam serta tersebarnya Islam dengan pantas menyebabkan mereka terkejut dan hairan.

Oleh kerana mereka tidak mempunyai kekuatan untuk melawan Islam dengan pedang secara terbuka, mereka memeilih beberapa cara dan kaedah untuk menghapuskan dan menghancurkan Islam. Bid`ah Syi`ah adalah merupakan bid`ah pertama yang dibangunkan untuk matlamat ini dan tipu daya pertama yang diaturkan di sebalik tabir ini. Inilah fitnah terbesar yang dirancang untuk menentang Uthman bin `Affan iaitu khalifah ketiga dan salah seorang sepuluh sahabat yang dijamin syurga.

Fitnah ini bermula dengan rekaan dan penyebaran berita-berita palsu atau diriwayatkan bukan dengan caranya yang sahih supaya dapat menarik dan mengumpulkan orang-orang yang jahil dan bodoh. Akibatnya berkesudahan dengan kesyahidan Uthman sebagaimana yang disebutkan dengan terperinci di dalam kitab-kitab hadis dan sejarah.

Penjahat yang merancang dan melaksanakan fitnah ini ialah Abdullah bin Saba’, seorang Yahudi. Kemudian setelah Uthman syahid, golongan Rafidhah mendapat peluang yang sesuai untuk menimbulkan kekacauan yang berlaku kemudiannya. Perkara ini dibuat untuk mencipta dan menyebarkan riwayat-riwayat palsu tentang keburukan sahabat dan perselisihan yang berlaku di kalangan mereka lalu menggambarkan mereka dengan cara yang tidak benar.

Penulis di sini tidak bertujuan untuk mengkritik kekarutan dan kepalsuan yang ditaburkan oleh Syi`ah di dalam kitab-kitab sejarah Islam kerana itu adalah natijah kebencian dan kejahatan terhadap sahabat yang tersembunyi di dalam hati mereka. Begitu juga serangan terhadap pemimpin-pemimpin Islam. Apatah lagi kitab-kitab Syi`ah bersepah dengan makian dan celaan terhadap sahabat. Hakikat ini sememang terang-terang batil. Tidak halal kepada sesiapapun untuk membaca kitab-kitab ini kecuali dengan maksud untuk melihat kebatilan itu dan menyanggahnya seterusnya memberi peringatan kepada orang lain.

Penulis di sini bertujuan untuk mengkaji penularan kejahatan Syi`ah ke dalam kitab-kitab sejarah Islam sama melalui perawi yang bermuka-muka dengan menzahirkan ketakwaan dan keadilan tetapi menyembunyikan fahaman Rafidhah atau dengan cara berfahaman Syi`ah yang sederhana yang periwayatannya itu diterima oleh kebanyakan ahli ilmu jika dia tidak taksub dan menyeru kepada bid`ahnya.

Kadang-kadang ahli sejarah seperti Ibn Jarir meriwayatkan daripada perawi-perawi yang terkenal dengan tasyayyu` tetapi beliau menyebutkan sanadnya supaya kedudukan perawi-perawi itu diberi perhatian.

Ini tidaklah menyebabkan Ibn Jarir tercela selagi beliau tetap menukilkan berita-berita tersebut dengan sanad-sanadnya dan menyerahkan kepada para pembaca yang tajam pemikiran menilai dan menyaringnya. Di muqaddimah tarikhnya itu,[1] Ibn Jarir menulis:

“Hendaklah pembaca kitab kami ini mengetahui sesungguhnya pegangan saya bahawa setiap perkara yang saya sebutkan dalam kitab ini adalah mengikut syarat yang saya beriltizam dengannya iaitu meriwayatkan berita-berita sebagaimana ia telah diriwayatkan dan saya hanya menyebutkannya sahaja.

Apa yang terkandung dalam kitab ini tentang sebahagian kisah orang yang terdahulu. Antara berita tersebut ada yang menyebabkan pembacanya merasa benci atau pendengar merasa jelik. Ini kerana dia tidak dapat menerimanya sebagai sesuatu yang benar atau sesuatu hakikat. Oleh itu, hendaklah dia mengetahui bahawa berita-berita tersebut bukan datang daripada kami, tetapi ia datang daripada orang yang menyampaikannya kepada kami. Dan kami hanya menyampaikan seperti yang dibawakan kepada kami.”

Malangnya penulis yang datang selepas Ibn Jarir al-Tabari membuang sanad-sanad ini lalu menghimpunkan kesemua riwayat demi untuk meringkaskan. Kemudian orang-orang kemudian terutamanya penulis zaman ini menukilkan riwayat-riwayat ini dan menyandarkan kepada kitab-kitab sejarah tanpa membezakan anatara yang diriwayatkan oleh perawi-perawi yang thiqah dan perawi-perawi yang berfahaman Syi`ah, antara berita-berita yang jelas sahih kerana nukilan perawi-perawi thiqah yang saling menyokong dan menguatkan dan berita-berita yang jelas kebatilannya seperti keburukan sahabat dan fitnah yang berlaku di kalangan mereka yang disepakati oleh ulama hadis tentang kebatilannya.

Keadaan semakin parah sejak akhir-akhir ini kerana kemunculan Saba’iyyah baru dengan rupa lain dan golongan orientalis Yahudi dan Kristian. Mereka ini menemui riwayat-riwayat Syi`ah yang bertaburan di dalam sejarah sebagai bahan-bahan yang segar untuk memburukkan sejarah Islam yang gemilang.

Mereka mengabui mata orang ramai dengan mendakwa sebagai pengkaji yang teliti berasaskan metode ilmiah. Sedangkan sebenarnya mereka adalah pembohong. Penyelidikan mereka tidak lebih daripada mengambil beberapa riwayat Syi`ah lalu diolah dalam bentuk yang buruk dengan melakukan tambahan dan pengurangan di sana sini mengikut matlamat mereka yang keji. Akhirnya mereka akan berkata: “Sila rujuk Tarikh al-Tabari atau Tarikh Ibn al-Athir.”

Dalam pada itu ramai dari kalangan sejarawan dan professor sejarah hari ini yang terpedaya dengan pembohongan dan pendustaan mereka. Sebenarnya adalah satu pengkhianatan terhadap agama ini jika sejarah sendiri diambil daripada musuh-musuh Islam iaitu Yahudi dan Nasrani yang lebih dikenali sebagai orientalis.

Dalam hal ini, penulis tidak lupa untuk menyebutkan usaha gigih yang dicurahkan oleh ulama bagi membendung riwayat-riwayat batil itu sama ada dengan penulisan sejarah yang berasaskan kepada riwayat yang diakui thiqah di samping mengakui dan menginsafi kemuliaan dan ketinggian kedudukan para sahabat, atau juga penulisan yang khusus dengan riwayat-riwayat tersebut atau kajian yang terselit dalam penulisan yang membincangkan topik tertentu.

Ini boleh didapati dengan banyak, sama ada sudah diterbitkan atau masih lagi dalam bentuk manuskrip, dan, inilah yang paling banyak. Antara kitab yang ditulis dengan cara pertama dan telah diterbitkan ialah al-Bidayah wa al-Nihayah tulisan Ibn Kathir, seorang tokoh yang tampil menentang Syi`ah dengan kajian-kajian beliau yang ilmiah dan terperinci . Beliau amat kritis dalam kritikannya. Di samping itu, beliau menonjolkan keutamaan dan kelebihan para sahabat walaupun tidak disetujui oleh Syi`ah.

Contoh penulisan dalam bentuk kedua ialah kitab al-`Awasim min al-Qawasim karangan Abu Bakar Ibn al-`Arabi dan contoh bagi bentuk ketiga seperti perbahasan-perbahasan yang berselerakan di dalam kitab-kitab karangan Ibn Taymiyyah, Ibn al-Qayyim, al-Zahabi, Ibn Hajar dan lain-lain. Usaha-usaha tersebut walaupun mempunyai beberapa pendekatan namun tetap penting dan saling melengkapi. Itulah yang telah dilaksanakan oleh ulama salaf dan khalaf dengan baiknya.

Apa yang tinggal sekarang ialah tugas para ilmuwan dan mereka yang peka kepada Islam di zaman ini. Tanggungjawab mereka ialah meneruskan usaha ke arah perbersihan dan pemurnian timbunan-timbunan riwayat tersebut. Alim ulama kita telah menjelaskan tentang pembohongan dan pendustaan riwayat-riwayat Syi`ah dan tidak ada cara lain selain dari menghapuskan kesemuanya itu dari lembaran sejarah.

Sesungguhnya jika orientalis, Yahudi atau Kristian atau anak didik mereka merasa senang dan selesa untuk terus menggunakan riwayat-riwayat batil yang menggelapkan lembaran sejarah Islam maka tidak harus sama sekali bagi orang Islam merestui kotoran yang terpalit pada sejarah umat dan agamanya.

Adalah menjadi kewajipan institusi yang tertentu di dalam dunia Islam untuk mewujudkan kuarantin-kuarantin ilmiah yang halus untuk menyingkirkan riwayat-riwayat yang ditimpa wabak Syi`ah itu dan mengemukakan kepada sejarah Islam kita dengan rupa yang bercahaya dan bersinar setelah membersihkan dan menghapuskannya dari virus-virus Syi`ah yang kotor.

Begitu juga wajib kepada institusi tersebut untuk mengadakan sekatan syara` terhadap setiap orang yang bodoh yang lantang bersuara terhadap para sahabat. Ini juga merupakan usaha membantu agama Allah dan rasul-Nya dan melaksanakan kewajipan terhadap para sahabat sebagai generasi Islam yang terbaik, di dunia dan akhirat.

Serangan Ganas Yang Dilancarkan Syi`ah Ke Atas Sejarah Islam Berkisar Dua Perkara:

Perkara Pertama:

Mencaci, memalsukan dan mereka-reka cerita yang memburukkan sahabat Rasululullah s.a.w. Tujuan mereka ialah menyerang Islam sendiri kerana sahabat itulah yang meriwayatkan Islam dan merekalah umat yang terbaik selepas Rasulullah s.a.w. bahkan merekalah anak Adam yang paling utama selepas para nabi.

Setelah mencacatkan kelebihan dan keutamaan para sahabat serta menjatuhkan para sahabat bererti menjatuhkan Islam sendiri, Ibn Taymiyyah menulis: “Inilah prinsip asas Syi`ah Rafidhah kerana orang yang mencipta fahaman Rafidhah itu seorang Yahudi yang berpura-pura memeluk Islam tetapi sebenarnya seorang munafik. Dia telah menaburkan kepada orang-orang jahil racun-racun yang mengancam asas Islam. Oleh kerana itu, Rafidhah merupakan pintu kemunafikan dan zindik yang paling besar.”

Beliau menulis lagi: “Serangan terhadap kurun yang terbaik yang mendampingi Rasulullah s.a.w. bererti serangan terhadap Baginda sendiri sebagaimana yang ditegaskan oleh Imam Malik dan para ulama yang lain.”

Kekarutan Syi`ah Rafidhah lebih tertumpu kepada sahabat yang paling utama iaitu Abu Bakar, Umar dan Uthman , dan kemudiannya dengan berani mereka menyerang sahabat lain yang terdiri dari kalangan mereka yang awal memeluk Islam dan sahabat-sahabat yang menyertai peperangan Badar, Uhud, Bai`ah Ridwan malah mereka yang membela Rasulullah s.a.w. semasa senang dan susah.

Rasulullah s.a.w. wafat dalam keadaan baginda reda terhadap sahabatnya seperti Talhah, al-Zubair dan sahabat-sahabat yang dijamin syurga. Bukan setakat itu sahaja, mereka berani mencerca isteri-isteri Rasulullah s.a.w. terutama `Aishah dan Hafshah dan akhirnya mereka mengecam keseluruhan Bani Umayyah dengan kutukan dan makian.

Perkara Kedua

Melampau dalam menyanjung Ahli Bait dan mereka mengkhususkan Ali, Fatimah dan keturunan mereka berdua. Lalu mereka mencipta dan meletakkan riwayat batil yang memuji Ahli Bait dan mendewa-dewa mereka sehingga ke tahap menyifatkan mereka dengan perkara yang tidak layak dengan mereka serta mengaitkan beberapa pendirian dan amalan yang tidak sesuai dengan keutamaan dan ketinggian kedudukan mereka.

Beberapa Contoh Pendustaan Yang Dibawa Masuk Oleh Syi`Ah

Di sini, penulis akan menyebutkan beberapa riwayat yang disebarkan Syi`ah dalam sejarah dan penulis akan menyebutkan kebatilannya serta mengemukakan riwayat yang sahih yang menyanggahinya.

Syi`ah mendakwa Ali tidak membai`ah Uthman dan sebahagian mereka pula mendakwa Ali membai`ah tetapi secara terpaksa. Bagi menyokong dakwaan itu, mereka mencipta sebilangan berita yang palsu dan dusta. Sebelum pergi kepada riwayat palsu mereka itu dan sebelum menyebut kesimpulan peristiwa bai`ah serta syura dengan sanad yang diriwayatkan oleh perawi-perawi yang adil dan thiqah, penulis ingin mengemukakan beberapa perkara:

Tatkala Umar ditikam, beliau telah menjadikan khilafah selepas beliau sebagai syura yang terdiri daripada sahabat-sahabat yang diredai oleh Rasulullah s.a.w iaitu Ali bin Abu Talib, Uthman bin Affan, al-Zubair bin al-`Awwam, Talhah bin Ubaidillah, Sa`ad bin Abi Waqqas dan Abdul Rahman bin `Auf. Beliau menyerahkan urusan khilafah kepada enam sahabat ini untuk melantik salah seorang mereka sebagai khalifah.

Urusan tersebut dapat disempurnakan dengan pemilihan Uthman lalu beliau dibai`ah oleh ahli Syura yang lain termasuklah Ali serta kesemua Muhajirin dan Ansar tanpa bantahan dan teragak-agak. Peristiwa ini adalah sahih melalui beberapa sanad yang masyhur di dalam kitab-kitab sejarah yang muktabar dan diriwayatkan di dalam Sahih al-Bukhari dan Muslim dan lain-lain. Seperti yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, di dalam sahihnya[2] daripada Amar bin Maimun dan menyebutkan cerita tersebut dengan panjang lebarnya antaranya ialah: Para sahabat berkata: Wahai Amirul mukminin, wasiatkanlah siapakah yang akan menggantikan. Umar menjawab: Saya tidak dapati orang yang lebih layak dengan urusan ini selain daripada mereka yang Rasulullah s.a.w. wafat dalam keadaan baginda reda terhadap mereka.” Lalu Umar menamakan Ali, Uthman, al-Zubair, Talhah, Sa`ad dan Abdul Rahman. Umar berkata: Biarlah Abdullah bin Umar menjadi saksi, tetapi dia tidak mempunyai apa-apa hak dalam jawatan ini (seolah-olah ucapan takziah kepada anaknya).

Kemudian Imam al-Bukhari mengemukakan wasiat Umar kepada rakyatnya dan kisah pengkebumiannya. Al-Bukhari menyebutkan lagi: Apabila selesai pengkebumian, enam orang sahabat tersebut berkumpul. Abdul Rahman berkata: “Serahkan urusan kamu ini kepada tiga orang sahaja.” Al-Zubair berkata: “Saya telah menyerahkan hak saya kepada Ali.” Talhah berkata: “Saya telah menyerahkan hak saya kepada Uthman.” Sa`ad berkata: “Saya telah menyerahkan hak saya kepada Abdul Rahman bin Auf.” Abdul Rahman berkata: “Siapa antara kamu berdua yang menarik diri, saya akan menyerahkan jawatan ini kepadanya. Allah dan umat Islam menyaksikan kita. Demi Allah, Dia akan memerhatikan yang terbaik di antara mereka.” Kata-katanya itu menyebabkan Ali dan Uthman terdiam. Abdul Rahman berkata: “Apakah kamu mahu menyerahkan urusan ini kepadaku? Allah menjadi saksi ke atasku bahawa aku tidak akan cuai dalam memilih yang terbaik di antara kamu.” Ali dan Uthman berkata: “Baiklah kalau begitu.” Abdul Rahman memegang tangan Ali sambil berkata: “Engkau mempunyai hubungan kerabat dengan Rasulullah s.a.w. dan telah lama memeluk Islam sebagimana kamu maklum. Allah menjadi saksi kepadamu, sekiranya aku melantikmu, engkau pasti akan berlaku adil. Kalau aku lantik Uthman, pasti engkau mendengar dan mematuhinya.” Kemudian Abdul Rahman membawa yang seorang lagi (Uthman) ke tempat sunyi lalu berkata seperti yang dikatakan kepada yang tadi (Ali). Apabila dia telah berjanji begitu, diapun berkata: “Angkat tanganmu wahai Uthman.” Lalu Abdul Rahman membai`ahkan Uthman dan Ali turut juga membai`ahkannya. Setelah itu, orang-orang yang berada di kawasan itu masuk dan memberikan bai`ah kepada Uthman.

Inilah yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari tentang bai`ah Uthman yang dilakukan oleh Ali bersama-sama orang-orang Islam yang lain. Inilah berita yang sahih dalam kitab-kitab hadis yang muktabar dan disebutkan juga oleh kebanyakan ahli sejarah yang dipercayai.

Namun begitu, Rafidhah menyebarkan beberapa kepalsuan bahawa Ali menangguh-nangguhkan atau dia telah mengeluarkan kata-kata kesat terhadap Abdul Rahman bin `Auf. Riwayat ini telah disebutkan di dalam kitab-kitab sejarah antaranya ialah riwayat al-Tabari[3] dengan sanadnya daripada Umar bin Maimun al-Audi dan beliau menyebutkan apa yang berlaku tentang syura dan bai`ah. Antara yang disebutkan dalam riwayat itu ialah: “Ali berkata kepada Abdul Rahman: Kamu akan merangkak buat selama-lamanya. Ini bukanlah kali pertama kamu semua berpakat untuk menentangku…”

Sanad yang disebutkan oleh al-Tabari terdapat beberapa `illah (penyakit) dan tidak boleh dijadikan hujah di sisi ulama hadis. Antara perawi sanad ini ialah Abu Mihknaf. Namanya ialah Lut bin Yahya, seorang Syi`ah. Di dalam Mizan al-I`tidal, al-Zahabi menulis[4]:

“Dia seorang tukang cerita yang lemah dan tidak boleh dipercayai.”

Ibn `Adi mengatakan: “Dia merupakan Syi`ah yang hangus (tulen atau pekat), pembawa cerita-cerita mereka (golongan Syi`ah).”

Kemudian al-Tabari meriwayatkan dengan sanadnya sampai kepada al-Miswar bin Makhramah dan menyebutkan tentang syura dan bai`ah Uthman, katanya: Orang ramai mula membai`ah Uthman dan Ali bertangguh. Lalu Abdul Rahman membacakan ayat: “Sesiapa yang melanggar janjinya pasti akibat melanggar janji itu menimpa dirinya.” (al-Fath: 10). Ini membuatkan Ali mula membelah barisan orang ramai sehingga beliau dapat memberi bai`ah seraya berkata: “Tipu daya, memang tipu daya.”

Dalam sanad riwayat al-Tabari ini terdapat Abdul Aziz bin Abi Thabit. al-Zahabi menulis berhubung dengannya, al-Bukhari berkata: “Hadisnya tidak boleh ditulis.” Al-Nasa’i dan lain-lain berkata: “Dia adalah matruk (ditinggalkan). Uthman bin Sa`id berkata: Saya bertanya kepada Yahya: “Bagaimana dengan keadaan Abi Thabit Abdul Aziz bin `Imran? Jawab Yahya: “Dia tidak thiqah. Dia hanya memiliki syair walaupun berketurunan Abdul Rahman bin Auf.”

Hafiz Ibn Hajar menyebutkan di dalam Tahzib al-Tahzib[5]: “al-Husani bin Hibban menukilkan daripada Yahya: “Saya melihatnya (Abdul Aziz) di Baghdad. Dia sering memaki orang ramai dan menuduh-nuduh keturunan mereka. Hadisnya tidak mempunyai apa-apa nilai.”

Pada pendapat penulis, Ibn Jarir al-Tabari menukilkan riwayat daripada Abdul Aziz setelah menyebutkan riwayat yang lalu. Mala petaka yang lain ialah beliau menafsirkan kata-kata Ali dalam riwayat yang lalu yang menyebutkan: “tipu daya, tipu daya” sebagai penipuan dari pihak Amar bin al-Ash dan menyebutkan bentuk penipuan yang kita tidak sanggup untuk menyebutkannya kerana kejelikannya.

Riwayat-riwayat ini dan yang seumpamanya kebanyakannya ialah penyebaran jahat Syi`ah Rafidhah terhadap sejarah. Penulis ingin mengingatkan bahawa kebanyakan penulis sejarah pada zaman ini terpedaya lalu menyebutkannya tanpa sebarang kajian dan kepastian. Semoga Allah membalas usaha baik Ibn Kathir. Beliau telah menyebutkan peristiwa Syura dan bai`ah Uthman di dalam kitabnya, al-Bidayah wa al-Nihayah dengan panjang lebar dan beliau tidak mempedulikan riwayat-riwayat yang karut itu. Bahkan setelah mengemukakan riwayat-riwayat yang sahih beliau mengulas: “Berita yang dinukilkan oleh kebanyakan ahli sejarah seperti Ibn Jarir al-Tabari dan penulis lain daripada perawi-perawi yang tidak dikenali bahawa Ali berkata kepada Abdul Rahman: “Kamu telah memperdayakanku. Sesungguhnya kamu melantiknya kerana dia adalah mertua kamu dan dia bermesyuarat dengan kamu setiap hari tentang urusannya. Dan Ali terlewat memberi bai`ah sehingga Abdul Rahman membacakan sepotong ayat al-Qur’an kepadanya: “Sesiapa yang melanggar janjinya pasti akibat melanggar janji itu menimpa dirinya.” (al-Fath: 10). Dan riwayat-riwayat lain yang menyanggahi riwayat-riwayat yang sabit di dalam kitab-kitab sahih. Kesemuanya itu adalah tertolak.

Wa Allah A`lam.

Malangnya ramai di kalangan ahli-ahli sejarah yang menukilkan riwayat-riwayat palsu itu tanpa sebarang saringan dan tapisan seperti Ibn Kathir.

Riwayat-Riwayat Syi`Ah Rafidhah Tentang Peperangan Jamal.

Apabila kita cuba melihat peperangan Jamal, kita dapati Syi`ah Rafidhah telah menutup sepenuhnya hakikat suasana peperangan tersebut kerana dilindungi oleh tutupan yang dibuat oleh mereka. Oleh itu apabila anda memeriksa halaman kitab-kitab sejarah anda hanya mendapati makian, cemuhan, celaan dan fitrah yang suci akan merasa kesal untuk mendengarnya. Namun di sini, penulis akan menyebutkan fakta-fakta yang disebutkan oleh sejarah melalui riwayat-riwayat yang sahih walaupun tidak disukai oleh Syi`ah dan penulis-penulis sejarah yang terpengaruh dengan barat.

Hakikat Pertama

Riwayat-riwayat yang sahih menyebutkan bahawa tujuan sebenar Talhah, al-Zubair dan orang-orang yang bersama mereka keluar ialah untuk membaiki keadaan dan menghapuskan orang-orang yang melakukan kerosakan dengan membunuh Uthman. Mereka tidak keluar untuk kepentingan kuasa atau mana-mana tujuan duniawi bahkan mereka sekali-kali tidak bermaksud untuk memerangi Ali dan orang-orang Islam bersamanya. Hakikat ini telah dikemukakan oleh Ibn Kathir. Beliau menulis: “Sesungguhnya Ali telah mengutuskan al-Qa`qa` sebagi utusan untuk menemui Talhah dan al-Zubair mengajak mereka kepada kesatuan dan jamaah dan menyatakan kepada mereka berdua betapa besarnya perpecahan dan perselisihan. Lalu al-Qa`qa` menuju ke Basrah dan orang yang pertama ditemuinya ialah `Aishah. Beliau berkata: “Wahai Ummu Mukminin, apakah yang mendorong ibu menjejakkan kaki di bumi ini?”. `Aishah menjawab: “Wahai anakku, untuk mendamaikan antara manusia.” Kemudian al-Qa`qa` meminta supaya `Aishah menjemput Talhah dan al-Zubair datang menemui `Aishah lalu mereka berdua tiba. Al-Qa`qa` berkata: “Saya telah bertanya kepada Ummu Mukminin sebab mengapa beliau menjejakkan kaki ke sini dan beliau menjawab untuk mendamaikan antara manusia.” Lalu mereka berdua menyatakan: “Kamipun dengan tujuan yang sama.”

Jelas dari riwayat di atas Aishah, Talhah dan al-Zubair mengatakan bahawa mereka datang hanya untuk mendamaikan antara manusia. Sesungguhnya mereka telah bercakap benar dan Syi`ah telah berdusta. Ini dibuktikan dengan mereka telah berdamai dan Ibn Kathir telah menyebutkan daripada Ali ketika beliau ditanya oleh Abu Salam al-Dala’i: “Adakah mereka itu (Mu`awiyah dan orang-orang bersamanya) mempunyai hujah berkenaan tuntutan mereka terhadap darah ini (darah Uthman) jika mereka benar-benar ikhlas kerana Allah dalam perkara ini? Ali menjawab: “Ya.” Abu Salam bertanya lagi: “Adakah tuan mempunyai hujah mengapa tuan menangguhkannya?” Ali menjawab: “Ya.” Apa yang dikatakan oleh Ali ini merupakan pegangan Ahli Sunnah berkenaan peristiwa yang berlaku sesama sahabat. Ahli sunnah beriktiqad bahawa masing-masing mereka itu mujtahid, jika benar mereka mendapat dua pahala tetapi jika tersilap mereka mendapat satu sahaja.

Hakikat Kedua

Para sahabat telah bersetuju untuk tidak meneruskan perselisihan tersebut dan tidak terlintas kepada mereka kecuali segala-galanya telah berakhir dan tidak ada sebarang peperangan. Namun golongan Saba’iyyah yang melakukan pembunuhan khalifah Uthman tidak berpuas hati lalu mereka mengatur satu pakatan untuk mencetuskan peperangan maka berlakulah peperangan Jamal.

Ini telah dinyatakan oleh Ibn Kathir dan lain-lain bahawa al-Qa`qa` tatkala dihantar oleh Ali untuk menemui Talhah, al-Zubair dan `Aishah dan menawarkan kepada mereka perdamaian. Mereka menjawab: “Anda memang benar dan melakukan yang terbaik. Oleh itu, pulanglah, jika Ali datang dan dia berpandangan seperti anda, keadaan akan menjadi baik.” Lalu al-Qa`qa` pulang menemui Ali dan mencerita apa yang berlaku dan itu benar-benar mengkagumkan Ali. Kemudian Ali menemui orang-orangnya supaya mereka sama-sama berdamai. Lalu mereka yang benci, tetap membenci dan orang yang reda, tetap reda. `Aishah kemudiannya menulis surat kepada kepada Ali menyatakan beliau datang untuk tujuan perdamaian, lalu pihak masing-masing gembira. Kemudian Ali menulis kepada Talhah dan al-Zubair: “Jika pendirian kamu berdua masih seperti ketika al-Qa`qa` meninggalkan kamu berdua, maka tunggulah sehingga kami datang dan membincangkan perkara ini. Lalu mereka berdua menjawab: “Sesungguhnya kami masih lagi berpendirian seperti ketika al-Qa`qa` meninggalkan kami iaitu untuk berdamai.” Hati dan jiwa kedua-dua belah pihak menjadi tenang dan reda lalu mereka berkumpul. Pada waktu petang Ali menghantar Abdullah bin Abbas sebagai wakil dan pihak Talhah menghantar Tulaihah al-Sajjad. Pada malam itu, mereka melalui malam yang paling baik dan indah tetapi pembunuh-pembunuh Uthman melalui malam yang paling buruk bagi mereka dan mereka merancang dan berpakat untuk mencetuskan peperangan pada waktu malam yang akhir. Lalu mereka keluar sebelum fajar menyinsing.

Bilangan mereka itu hampir 2,000 orang. Masing-masing menuju kepada yang berdekatan mereka dan melancarkan serangan dengan pedang-pedang. Maka setiap kumpulan bangkit menuju ke pasukan masing-masing untuk menghalang mereka. Orang ramai terjaga dari tidur dan mendapatkan senjata. Mereka berteriak: Ahli Kufah telah mendatangi dan menyerang kami pada waktu malam. Mereka telah menipu kita.

Mereka menyangka ini adalah perbuatan orang-orang Ali. Lalu hal ini sampai kepengetahuan Ali dan beliau bertanya: Apa yang telah terjadi kepada orang ramai? Mereka menjawab: Ahli Basrah telah menyerang kami pada waktu malam. Lalu semua kumpulan mendapatkan senjata, memakai baju besi dan menaiki kuda. Tidak siapapun di kalangan mereka yang menyedari perkara sebenar yang terjadi. Dan ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku.

[1] Tarikh al-Tabari, jil. 1, hal. 8

[2] Sahih al-Bukhari, hal. 707 no: 3700

[3] Tarikh al-Tabari, jil 2 hal. 632

[4] Mizan al-I`tidal, jil. 6, hal. 632

[5] Taqrib al-Tahzib, jil. 6 hal. 150